Bengkulu Selatan – Gempa dan tsunami yang menimpa Kota Palu dan Donggala kembali menyadarkan kita bahwa bencana dapat terjadi kapan dan di mana saja. Yang bisa kita lakukan adalah bersiap ketika bencana itu terjadi.
Salah satu sorotan penting ialah ketika lumpuhnya akses komunikasi khususnya jaringan seluler dan internet pasca terjadinya gempa dan tsunami. Ini patut menjadi perhatian bagi seluruh pihak. Baik itu masyarakat maupun pemerintah.
Provinsi Bengkulu tergolong wilayah rawan bencana (zona merah) termasuk gempa tektonik dan tsunami, karena berada di zona subduksi (tumbukan) pertemuan lempeng aktif Indo-Australia dan Eurasia.
Pelaksana Tugas Bupati Bengkulu Selatan, Gusnan Mulyadi, menilai kondisi ini dapat dijadikan pembelajaran sekaligus acuan terkait pentingnya upaya antisipatif, salah satunya dengan mencari alternative jaringan komunikasi berbasis radio, seperti Handy Talky (HT).
“Lumpuhnya komunikasi telepon dan internet pasca gempa Palu dan Donggala cukup jadi perhatian bagi kita bahwa pentingnya komunikasi alternatif berbasis radio. Ini krusial mengingat komunikasi adalah salah satu kunci manajemen penanganan bencana,” kata Gusnan.
Gusnan berharap, kedepan ini bisa menjadi evaluasi dan disediakan baik di tingkat kecamatan dan OPD teknis, seperti BPBD, Rumah Sakit, Pemadam Kebakaran dan lainnya.
Terlebih beberapa waktu lalu Plt Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah menginstruksikan semua daerah di provinsi Bengkulu untuk berkoordinasi melakukan tindakan antisipatif bencana. Keinginan ini tentu selaras dengan apa yang kita harapkan agar kesiapsiagaan bencana dapat disadari secara bersama.
“Alat komunikasi radio saat ini bukanlah hal yang komersil, dibandingkan dengan manfaat yang didapatkan dari memiliki alat komunikasi radio ini, jelas ini penting,” pungkas Gusnan. (Media Center BS)